Selasa, 28 Juli 2015

Keusik Luhur



Mang Dedi lah yang pertama kali menyebut nama pantai Keusik Luhur di selatan Ciamis. Obrolan disaat senggang sewaktu bertemu dipersimpangan jalan. Dia menceritakan pengalaman kempingnya disana tahun 1986 silam. Keindahannya melebihi pantai Puncakguha yang sekarang lagi terkenal di Garut Selatan.  Rasa penasaran menggelayut selama setahun belakangan ini. Pas medio kuartal awal 2014 sebenarnya ada kesempatan kesana karena saat itu saya dan rekan rekan Pulsar sedang menggelar trip ke Karangtawulan. Tapi rekan seperjalanan ,namanya Iwan Suwandi yang asli orang pesisir Pangandaran menghalangi karena menurutnya sekarang tempat tersebut (Keusik Luhur) angker. Barulah pada libur lebaran 2015 ini ,saya dan rekan (sebut saja namanya Yudi) kesampaian menyambanginya.
Bermodal motor dua  Honda Grand pinjeman. Kami memulai perjalanan dari kota kelahiran, Ciamis. Mengapa dari Ciamis?, karena dari Purwakarta ke kota manis ,kami memakai gerobak roda empat yang memang tidak ada yang istimewa untuk diceritakan.
Tepat jam empat subuh tanggal 24 JUli 2015, start Engine menuju pantai selatan. Sengaja bergerak sebelum subuh karena jarak yang lumayan jauh dan saat itu hari jum”at, yang mana harus menunaikan kewajiban shalat Jum’at tidak disembarang Mesjid. Hanya level masjid Jami dan berpenduduk lebih 40 kk lah yang bisa menyelenggarakannya.
Udara pagi yang dingin meresap ke sela sela jaket. Embun dinihari mengkristal cair dikaca helm. Sesekali mengusap kacanya untuk memudahkan pandangan yang terhalang air embun.
 
Ciamis-Manonjaya-Salopa

Jalan alternatif menuju pantai selatan Tasikamaya dan bersambung dengan pesisir Pangandaran dan Cilacap ketimurnya. Jalan mulus antara Manonjaya-Salopa memang favorit buat yang suka mereng2. Jalanan mulus dengan kelokan yang mengular naik turun pegunungan.  Di Salopa, pitstop pertama buat menunaikan shalat Shubuh.

Pagi  di Cikatomas
Salopa-Cikatomas-Cikalong

Barulah selepas kota kecamatan Salopa , jalanan mulai beragam bentuknya. Mulai yang mulus , keriting dan berlobang. Jenis aspal curah dan sebagian sudah ada yang di Hotmik. Masih naik turun pegunungan dan menjelang kota Cikalong jalanan mulai Datar dan lurus. 3 jam sudah untuk mengarungi jarak 85 km dari Ciamis menuju Cikalong.

Cikalong-Cimanuk-Keusik Luhur

Jalur ini merupakan jalan lintas selatan Jawa Barat. Terbentang dari Pelabuhan Ratu, Sukabumi sampai Pangandaran sepanjang 400 km lebih. Kondisi jalan sudah Cor beton sepanjangnya dan di beberapa bagian ada yang aspal hotmik. Lumayan motor bisa dipacu kencang disini.

lurus


Keusik Luhur

Berjarak 25km dari Cikalong ini, masuk wilayah kabupaten Pangandaran. Berada di desa Kertamukti, kecamatan Cimerak, kabupaten Pangandaran. Sedang titik koordinatnya  -7.814282, 108.343106
Pantai bukit karang yang tinggi. Luasnya memang tidak seperti karangtawulan dan Puncakguha. Tapi disini menawarkan juga bisa melihat Matahari terbit dan terbenam disatu tempat duduk. Kenapa dinamakan Keusik Luhur?, karena suatu waktu ,ombak besarnya suka menghempaskan pasir laut keatas karangnya sehingga membentuk gundukan pasir datar diatas karang dengan dimensi luas 12 x 12 meter.

Pintu Masuk

jalan Tanah




Karang Singgasana




ke Sebelah timur





Bekas kejayaan dulu

 Pantai ini pernah Berjaya di awal tahun 90an. Ini terlihat dari bekas bangunan saung yang ada ditengah-tengah bukitnya, Dan tempat duduk tembok pas diujung karang. Sekarang pantai tersebut sungguh memprihatinkan. Sampah berserakan, rumput yang meninggi, tidak ada yang mengurus. Tapi keindahannya masih terjaga. So……………….Selamat berkunjung…..dan jangan lupa….jangan buang sampah sembarangan.

Kamis, 09 Juli 2015

Pangheotan 2

Bismilah......................................................................................................................................................

"Kutunggu kamu dibatas kota", isi pesan saya pada Asep yang menyusul ikutan silaturahmi ke Bandung. Sedang Suyut dan Mang Dadang berangkat dari Cikarang pake jalan memutar ke Jonggol dan Cianjur.
Jam 7 pagi lebih, saya sudah nangkring di tugu selamat jalan/datang ,Ciganea, Purwakarta, menunggu penunggang vikson biru itu. Seperempat jam menunnggu,barulah muncul. Tak banyak bicara, langsung saja riding beriringan menuju Cikalong wetan, tempat titik kumpul berikutnya.

Sepi dan Mulus

Jalanan sepi dan lengang. Sesekali papasan sama truk batu dan pasir yang beroperasi sepanjang jalur Plered-Ciganea. Tak sampai satu jam, kami tiba di Cikalong wetan. Cek wassap untuk mengetahui posisi dua rekan kami dari Cikarang.  Ternyata masih sekitar 70 km lagi menuju ketempat kami berada, lumayan buat sarapan dan blusukan sebentar cari angin.

Yuhuuu....Kupat Tahu Padalarang
Lima belas menit sudah digunakan buat sarapan. Lanjut cari pemandangan keren sekitar Cikalongwetan. Naik sedikit sekitar satukilometer menuju pasar, belok kanan setelahnya di hamparan kebun teh Panglejar.
Meliuk menikmati desiran angin sejuk dan kicau burung semarakkan pagi itu.
selamat datang
Satu afdeling telah terjelajahi. Bertemu dengan lintangan rel kereta api jalur Jakarta-Bandung. Menuurut info penduduk, terowongan Sasak saat sudah dekat. Tak sengaja kami mendapat info ketika ngobrol dengan mereka. Tak dilamakan lagi, berangkatlah menuju kesana.. Pemukiman, sekolahan, dan lapangan bola serta kebun penduduk penduduk terlewati dengan mudah. Tibalah saat melintas jalan tanah dan batu sembari sedikit menanjak.
Suejuk

semangat!!


Mentokk
Tibalah diabatas akhir jalan roda dua alias motor ada diujung jembatan. Setelahnya adalah sawah beberapa petak pinggir Rel Kereta. Jalan kaki saja sekitar 300meteran , dan akhirnya..................tibalah disisi terowongan Sasaksaat sisi baratnya.

Panjang sekitar 950 meteran, Sasaksaat ini merupakan terowongan terpanjang di Indonesia yang masih aktif digunakan.Sedang secara keseluruhan, terowongan terpanjang ada di selatan Ciamis, yakni terowongan Sumber atau Wilhelmina. Lima belas menit cukuplah menikmati suasana disini. Dua teman kami posisinya sudah mendekati tempat titik kumpul di Cikalongwetan. Dan benar saja!...mereka sudah menunggu sekian lama disana.........ups ...maaf ya temans.
Kesepakatan untuk melewati Pangheotan terjadi saat itu. Opsi sembari surpey pompa air tenaga air alias Ram pump menjadi tujuan juga. Kami berempat ini memang pengendara sepeda motor yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan ,yakni membantu masyarakat di pelosok dibidang Listrik Tenaga Matahari, Air bersih dan buku Bacaan. "Perjalanan Cahaya" nama grup kami.
Desa Ciawitali sudah terlewati, masuklah ke perkebunan teh Pangheotan. Jalan aspal biasa kelas tiga berganti jadi jalan tanah campur batu yang sudah berlobang disana sini. Sebagian tertutupi air hujan yang menggenang.





Pohon Pinus dan Teh, dua perpaduan tumbuhan yang ada di ketinggian 800-1000 MDPL. Cuaca sejuk cenderung dingin. Satu jam menaklukan sulitnya medan, Akhirnya kami tiba di Telaga Kahuripan. Mata air di Pangheotan yang jadi sarana rekreasi murah masyarakat sekitar. Mata air ini besar sekali debit airnya, sampai membentuk suatu air terjun mini dan menjadi urat nadi kehidupan disekitarnya, serta dua kolam renang berukuran besar dibawahnya.
menuju lokasi jalannya lumayan curam


Pohon Beringin ini menjadi serapan air utama di Telaga Kahuripan

warung makanan dan parkiran

Quote dari mas Suyut "Tempat ini mengembalikan kenangan saya bermain air diwaktu kecil".

air terjun kecil dari mata air langsung

Kolam renang dibawah
Sedang pompa Ram pump berada diantara kolam mini diatas dan kolam renang dibawahnya. Ram pump ini bertugas menaikan air ke ketinggian tertentu. Pompa tersebut memungkinkan dipasang bila mata air berada dibawah pemukiman. Sama halnya dengan pompa listrik dan jet pam. Cuma ini caranya air ditembak dengan air,sehingga menimbulkan daya dorong. Skala nya adalah air terbuang 80% berbanding 20% air yang naik ke pemukiman.


Gelegar suara air yang muncrat dari ram pump menimbulkan sensasi apik disekitarnya. Pompa air ramah lingkungan dan hemat energi. Yup........tugas surpey pertama sudah selesai. Mandi dan bermain air juga puas melakukannya. Makan setelahnya sungguh nikmat adanya. Kini saatnya menuju Bandung kota untuk urusan selanjutnya.
Lanjut mengikuti alur arah Pangheotan.Melewati Pabrik pengolahan dan kantornya. Sayang ga diphoto saat itu.
Bercabang empat di Pasar Pangheotan, Ada yang ke Cisarua,cimahi, ada yang ke Padalarang, ada langsung ke Purwakarta dan satu lagi menuju Cikalongwetan tentunya. Kupilih yang menuju Cisarua saja untuk persingkat waktu. Alhamdulilah,menjelang Magrib ,tiba di Padasuka, terus naik menuju Caringin Tilu dimana pertemuan itu digelar. Menikmati malamnya disana dan juga menginap ditemani dinginnya di salah satu caffe milik rekan kami.




Terbangun diwaktu Shubuh, menunaikan kewajiban sebagai muslim dan mandi pagi. Bergegas turun ke kota menjemput istri dan anakku yang menyusul menggunakan travel dari Purwakarta. Belanja sebentar dan menikmati pasar kaget di Gasibu depan gedung sate. Lanjut perjlanan pulang via Padalarang. Mampir untuk makan dibatas kota, Alhamdulilah samapi kembali ke rumah tercinta di Purwakarta.