Bismilah............................................................................................................................
Segelas Teh manis menemaniku menikmati pagi di kampung babakan di selatan kantor kecamatan Pamulihan. Istri mang Dimi, handai taulan yang kenal di Purwakarta sibuk menanak Nasi di dapur. Anak-anaknya berganti baju seragam sekolah setelah mandi di Pancuran sebelah rumah. Udara pagi yang dingin, suara kicau Burung penanda pagi menemaniku menikmati alam desa di kaki Papandayan.
Hari menjelang siang. Aku bersiap diri meneruskan perjalanan pulang. Pamit pada satu keluarga bersahaja yang diinapi rumahnya semalam. Senyum ramah penduduk desa khas tanah Parahyangan sewaktu papasan. Kontur alam yang meliuk dan bergunung-gunung sanggup membuatku enggan meninggalkan tempat ini.
Masuklah di jalur Kecamatan Bungbulang-Cikajang, hamparan Kebun teh menyambutku kala itu. Jalan mulus nan permai membuat terlena untuk menikmati liukan belokannya.
Pas di pintu masuk papandayan berhenti sejenak untuk memastikan arah pulang via Papandayan. Bertanya pada penjaga pos pintu untuk menanykan jalur via panawa tersebut. Sebagian ada menyuruh berpikir ulang lewat kesana , sebagian lagi malah seperti mendorongku untuk menikmatinya karena keindahan alamnya bukan karena trek jalannya.
Kuputuskan untuk terus saja. Toh masih pagi juga, bilamana ada masalah bisa terselesaikan waktu siang hari.
Kesan pertama adalah sepi. Bertemu kendaraan lain adalh persetengah jam atau lebih. Kebun Teh, suara Burung dan Udara dingin mungkin teman disaat itu. Jalanan penuh kubangan yang hampir menutupi seluruh bagian jalan. Kedalaman sekitar 30-50 cm.
Enam kilometer pertama baru menemukan perkampungan pemetik Teh atau yang lebih dikenal dengan Emplasemen. Tumaritis namanya. Sedikit sekali jumlah rumahnya. Baru! setelah dua kilometer lagi jalan ketemu lagi dengan pabrik Papandayan. Perusahaan pengolahan Teh dan kampung yang cukup besar.Jalanan masih sediakala ancurnya dan sekarang berubah dari kubangan menjadi batuan lepas yang besar-besar.
Disuatu hutan kecil bertemu dengan angkutan umum berjenis Elf, ngos-ngosan nanjak gual geol diayunkan per kerasnya yang terkenal di sebuah tanjakan dalam suasana sepi di hutan kecil.
Hari semakin siang ,kecepatan motor tak lebih dari 10 km/jam. Satu jam sudah saya melalui sepuluh kilometer pertama. Semilir angin dikebun Teh cukup mengeringkan keringat di wajah yang bercucuran. Jelas........motoran disuasana jalan seperti ini cukup menuras tenaga. Baru.......!.. setelah satu setengah jam
sampailah di perkampungan besar dan sepertinya desa atau dukuh. Panawa namanya ,masih masuk kecamatan Pamulihan, Garut.
Bermata pencaharian sebagai pemetik Teh dan sebagian lagi pemerah susu Sapi. Sekolah dasar Negeri namapak ada di sebelah barat desa tersebut. Sebelah timur Gunung Papandayan dengan anggun megah menyapa setiap pelintas yang akan ke Pangalengan.
Lagi.........yang tak bisa ditahan adalah rasa haus. Ku menghampiri sebuah warung sederhana untuk membeli pelepas dahaga tersebut. Cacing di perut juga demo minta diisi. Menanyakan ke pemilik warung adanya yang menjual Nasi dan lauknya dijawab dengan gelengan kepala.
Satu kilometer setelah Panawa baru menemukan lagi emplasemen, Citampang namanya. Kecil dan sepi suasananya. Lanjut jalan menuju Pangalengan. Baru beberapa ratus meter ada pemotor yang bawa keranjang dijok belakangnya. Nampak seperti makanan. Kuberhentikan dia untuk menanyakannya. Dan.....Alhamdulilah rupanya rezekiku tidak kemana.Sayang........Hanya lauknya saja yang dijual si Bapa tersebut. Dua belas ribu rupiah cukup untuk menebus tiga potong daging ayam dengan bumbu semur kecap.
Dua belas kilometer sudah aku meninggalkan desa Panawa, Panorama berganti dari kebun Teh menjadi perkebunan Sayur diselingi dengan hutan Pinus. Jalan yang sebelumnya Aspal kelas tiga dan juga bekas aspal sekarang berupa Tanah yang mendominasi. Bisa sedikit menambah kecepatan karena ada sedikit jalan datar yang terbentang walau juga harus hati-hati terhadap jebakan lubang besar yang menanti.
Sampailah di suatu perkampungan besar dengan sekolah,Pasar kecil dan mesjid besar yang menjadi fasilitas besarnya. Beberapa pemuda sepantaran sedang sibuk menurunkan barang belanjaan yang di taruh diatap mikro Bus yang hanya sekali jalan pulang pergi Pangalengan- Stamplat (nama daerah tersebut).
Stamplat ini masih berada di wilayah administrasi desa Panawa ,Garut. Terbayang dua belas kilometer melewati jalanan tanah dan batu hanya untuk menurus keperluan pembuatan KTP atau lainnya. Tapi ....! Manusia selalu diberi akal lebih untuk menyiasatinya dan kesabaran dalam menjalaninya.
Kuberanikan diri untuk membeli nasi di sebuah toko besar yang memang tidak menjual makanan pokok tersebut. Bu Haji dengan baik hati memberiku nasi secara gratis walau saya memaksanya untuk membayar.
Alhamdulilah.................................aku bisa membungkam sang pendemo didalam perut ini. Allah Swt ada pada orang yang berusaha.
Tiga jam sudah saya motoran, Sedang odometer menunjukan angka 27. Berarti dua puluh kilometer yang ditempuh dalam tiga jam perjalanan. Selesai makan, aku lanjutkan perjalanan. Batu-batu besar di tengah jalan langsung menghadang ketika meninggalkan kampung Stamplat. Riding sambil berdiri adalah solusinya, walau lama-lama pegal juga. Emplasemen Cileuleuy adalah kampung selanjutnya. Disini ada jalur langsung yang menuju kawah Papandayan sejauh sembilan kilometer.
Berhenti lagi di perkampungan teh Sedep emplasemen Sedep juga. Jalanan di sepanjang perkampungan sedang dicor beton dengan dana PNPM. Ngobrol sebentar dengan mandor pembuatan jalan tersebut sebelum menunaikan sholat dhuhur karena jam menunjukan pukul dua lewat.
Barulah setelah memasuki kawasan pabrik teh Sedep,jalan membaik karena
sudah diperbaiki dengan aspal hotmik. Setelah itu meliuk-liuk melewati
kawasan kebuh teh Talun Sentosa dan Malabar. Kondisi jalan sudah
sepenuhnya mulus. Kilometer mencatat 41 km lah jalan yang belum
diperbaiki dan saya menempuhnya dalam lima jam perjalanan. Mudah-mudahan
kedepannya nanti jalan ini mulus dan menjadi destinasi perjalanan
terbaik diselatan Bandung dan Jawa Barat ini.
CAG