Cijuhung! , nama kampung dipesisir danau Cirata. Masuk ke
wilayah kabupaten Bandung Barat. Ironis, hanya sepelemparan batu dari
pembangkit listrik untuk pasokan Jawa dan Bali. 150 kk jumlah penduduknya, dan
pekerja perkebunan mata pencahariannya.
Yup, tidak sedang menghakimi seseorang atau pemerintahan,
bahwa ada ketidakadilan disana tapi, ini adalah tentang perjalanan beberapa
voluntrider ( sebutan team relawan)
menuju kesana untuk bakti Negeri dengan membuat perpustakaan mini di sekolah
dasar Cijuhung.
Sahdan, akhir tahun 2014 lalu ,saya dan Yudi pergi surpey
karena mendapati berita bahwa kampung
tersebut belum terpasok listrik PLN. Kami berdua tergabung dalam team
perjalanan cahaya yang bergerak dibidang sosial untuk penerangan listrik
matahari, buku ilmu dan shodaqoh air. Kenyataan bahwa sesampainya disana.
Kampung tersebut sudah menerapkan listrik matahari tersebut, Alhamdulilah.
Ada bangunan 3 ruang sedang
dikerjakan saat itu. Tanya penduduk bahwa itu buat sekolah dasar kelas jauh. Sekolah Induknya ada delapan kilometer
sebelumnya dijalur masuk ke Cijuhung. Mungkin pertengahan 2015, sekolah ini
beroperasi. Saat itu kami berpikir untuk berpartisipasi buat perpustakaannya.
Alhamdulilah , sabtu 23 Mei 2015, keinginan itu terwujud. Gembira tak terkira,
Semangat sahabat perjalanan cahaya. Terang dan indah dunia itu ada di senyum
mereka.
Catatan perjalanan.
23 Mei 2015
Jam empat subuh, terbangun dari peraduan. Lanjut persiapan
lanjutan setelah jum”at sorenya belum beres semua. Lihat percakapan teman di
grup belum ada pergerakan. Ada seorang
relawan dari Jakarta utara mengabarkan bahwa dia sudah berada di Cikampek, 12
kilometer sebelum ke rumah saya. Kusuruh untuk tetap stay dulu disana, ngopi2.
Mandi dan sholat subuh. Setelahnya,Bereskan pekerjaan tetap diperusahaan,yakni
drop barang dan sales. Alhamdulilah jam enam pagi semua terlaksana dengan baik.
Satu persatu, relawan datang dan ngepak barang bawaan. Tepat
jam 07 pagi,berangkatlah menuju Cijuhung. Rute diambil yang paling sepi, indah
dan mulus jalannya. Saya kebagian bawa lemari buat buku-buku.
Dipasang diposisi
melintang dijok belakang. Berat dan
perlu tenaga ekstra mengendalikan laju si Onta (nama motor saya). Landing jam
07.30 di Pasawahan,tempat titik kumpul kedua. Nampak sibiru sedang didandanin
buat bawa lemari juga. Ada Isam juga sang volunteer dari Purwakarta. Semua
berjalan beriringan membawa barang bawaan. Andre dan kang Ogie yang terakhir
tiba di Purwakarta dari Cicalengka juga turut serta membawa barang bawaan.
Semilir angin, sinar mentari pagi yang cerah menambah asyik
berkendara. Jalanan sepi dan mulus, kiri kanan sawah habis ditandur menambah
indah suasana. Begitu juga dalam hati masing2 sahabat seperjalanan. Pondok
Bungur, Bojong,dan tibalah di Sawit. Rombongan dipecah dua karena sebagian
teman belum tahu yang namanya jembatan legendaris Cisomang. Jam sepuluhan baru
tiba di perkebunan Pasir Ucing, Pintu masuk menuju Cijuhung. Sudah nangkring
menunggu om Dendy, Aria dan Nugraha. Setelah Regroup dengan rombongan yang lewat
Cisomang, barulah kami menuju ke TKP. Membelah hutan karet,selang dengan
perkebunan Coklat dan terakhir adalah hutan Jati yang rindang. Tiga kilometer
pertama sukses membuat relawan gembira dengan lamunan karena mulusnya jalan.
Setelah itu!, barulah……..Ajrut ajrutan dijalan tanah dimulai.
Jalan tanah bergelombang, campur sebagian batu besar di
beberapa titik. Kali ini Si Onta ( bajaj pulsar 180cc) sangat susah
dikendalikan. Beberapa kali berhenti karena mengumpulkan kembali tenaga yang
dikuras di ratusan meter berjalan. Keringat sak jagung2 mengalir deras di
pelupuh. Suspensi super empuk milik Pulsar bukannya membantu badan ini supaya
tidak pegal, tetapi, malah bikin serasa dibanting-banting dikala menginjak
jalan tak rata. Apakah ngambek karena akhir ini saya lebih mengelus elus Si
Naga (Honda win 90 cc) atau….???
Walahu alam bishawab.
Satu jam perjalanan dibukukan hanya untuk berjalan sekitar
10 km saja. Alhamdulilah sampai juga ditempat Bakti Negeri dengan tidak jatuh
sekalipun, Alhamdulilah.
Ramah tamah sama staf pengajar dan kepala sekolah. Pak
Suryana, namanya. Disuguhi air kelapa muda penghilang dahaga. Hari menjelang
siang, Acara dimulai. Tidak ada seremoni sambut penyambutan. Langsung stel
lemari diisi dan difoto barang penyerahannya. Buku tulis dibagi langsung kepada
siswanya. Memangkas birokrasi adalah tujuannya. Toh semua itu tidak
menghilangkan maknanya. I Like This.
Berturut hadir setelah jam makan siang adalah mang Dedi dan
kang Arief tdour serta om Deny Lukman dan dua orang lainnya yang tidak sempat
tahu namanya……..xixixi……
Nasi liwet, Lauk ikan goreng dari Nila sampai Oscar ditambah
Udang besar tersaji beres acara. Blasss semua rapih dalam hitungan menit
teramankan di perut masing-masing. Sambal hijau….yap …sambal itu yang jadi
pemicu lahapnya mereka makan. Setara
sambal Cibiuk ,Garut,kalau lihat skalanya.
Setelah Ashar, satu persatu pulang menuju kembali ke rumah
masing-masing. Membawa hati yang gembira karena Amanat tersampaikan. Rintangan tersaji di jalan pintas
perkebunan. Sempat salah satu jatuh
karena salah ambil pijakan kaki. Magrib sudah kembali di kecamatan Cipeundeuy.
Sholat magrib dan maranggi Cijawa jadi akhir cerita Perjalanan. Semua kembali
ke rumah masing-masing dengan selamat, Alhamdulilah.