Kamis, 28 Agustus 2014

Pangheotan

Bismilah.............................................................................................


Menerawang jauh 15 tahun kebelakang, disaat jalan tol Cipularang belum ada. Setiap menuju ke kampung halaman kota Ciamis dari Purwakarta. Bilamana sudah memasuki kawasan Panglejar,Bandung Barat selalu saja melihat plang perkebunan Pangheotan, begitupun juga kala melewati Cikalong wetan dan Tagog Apu, pasti saja melihat plang perkebunan yang sama. Saat itu,belum ingin atau tak ingin tahu apa dan bagaimana Pangheotan. Indahnya atau kondisi penduduknya serta jalur jalannya. Kini, lima belas tahun kemudian, apa serta adanya Pangheotan sekarang gamblang telah tersambangi.

===========================

Dapat teman riding dari sesama penyemplak pulsar, yakni : Rusma dari Cikampek dan tandem main kemana-mana ,Yudi Permana. Mulai riding setelah shalat shubuh. Melalui jalur alternatif langsung Pasawahan-Bojong. Hawa segar menyeruak kesela-sela Balaclava yang aku kenakan. Suasana lalu lintas masih sepi, dan aktifitas penduduknya masih belum ramai, hanya bebrapa saja yang sudah pergi ke sawah dan ladang.



Jalan mulus di Purwakarta menyeluruh dari kota sampai desa. Insfrastruktur utama perekonomian ini begitu bergeliat di kala bupati, Dedi Mulyadi, memegang tampuk pemerintahan kabupaten Purwakarta. Program jalan leucirnya sukses membuat seluruh jalan kabupaten menjadi mulus berhotmik semuanya....Cemiuww.
Pasawahan-Pondok Salam-Bojong-Pasanggrahan-desa terakhir di perbatasan yakni Pasir Angin semua dijalani dengan santai karena bagusnya jalan. Barulah memasuki desa Ganjar Sari,kecamatan Cikalong Wetan, bandung Barat, jalan kembali makadam alias cuma batu dipadatkan doang.


Terus berlanjut beberapa kilometer kedepan samapai perkebunan Teh Pangheotan. kami kira jalanan jelek itu akan berakhir begitu memasuki Pangheotan. Walhasil semua ditelusuri sampai Padalarang, sukses semua jalan jeleknya sepanjang 35 kilometer. kelemahan lainnya adalah plang penunjuk arah. Beberapa kami sempat dibuat kebingungan disaat menemui perempatan atau jalan bercabang. Cps lah yang menuntun kami saat itu...Alhamdulilah.



Secara Administrasi kebun teh Pangheotan ini masuk wilayah kecamatan Cikalong Wetan ,kabupaten Bandung Barat. Lokasinya berada di Punggung gunung Burangrang sebelah barat yang meliputi Cileunca,Panglejar, dan Cikalong Wetan dan Pangheotan itu sendiri.Koordinat ada di    -6.748317,107.486944


Telaga Lembang Satu    -6.768901,107.500355

Yang menolong jalur Pangheotan ,Bandung Barat ini adalah keindahan alamnya. Saat itu, tidak semua destinasi wisatanya terjamah semuanya. Hanya situ Lembang Satu dan perkebunan Teh saja yang terdokumentasikan dengan baik. Mungkin keterbatasan saat itu adalah sebuah ketentuan dari yang maha kuasa yang memungkinkan kami kembali lagi untuk kesana..................

Cag

Senin, 25 Agustus 2014

NKRI di Madasari

**Bu Ida**


 Kami menemuinya sewaktu berkunjung ke Curug Dengdeng. Beliau bersama keluarganya sedang panen raya atas hasil jerih payahnya bercocok tanam. Tugas Bu Ida saat itu bagian "gebot" Padi: yakni misahin Padi dari Pohonnya dengan cara di gebukin ke tatakan kayu yang disusun menurun. Sedang ponakannya yang masih muda usianya ,bagian mindahin batang Padi hasil di potong para bapak-bapak ke Bu Ida buat di"gebot".

Saat itu saya sedang kepanasan sekitaran curug. Berjalan kesana kemari mencari sumber mata air, barangkali menemukannya. Sampailah di tempat Bu Ida sedang bekerja. Keramahan khas pedesaan pasundan menyambut saya. Dengan penuh ketulusan beliau menawarkan air dan makanannya kepada saya tanpa curiga sedikitpun. Alhamdulilah saat itu saya tidak jadi mengalami dehidrasi ringan. malahan beliau menyuruh membawa bekal makanannya yang sengaja dia bawa untuk makan siang nantinya.Mudah-mudahan Alloh Swt menggantinya berlipat ganda atas kebaikan ibu dua anak ini....AMIIIN.

*Madasari*

Setelah lewat jam dua belas siang, kami beranjak meninggalkan curug Dengdeng menuju Pantai Madasari di cimerak, Pangandaran. Jalanan mulus kami jumpai setelah masuk jalur Cikatomas-Cimerak. Tapi, itu tidak berlangsung lama. Setelah jembatan Cimedang, disuguhkan kembali jalanan jelek sampai mendekati Kota kecamatan Cimerak sejauh 12 kilometer.


Keluar pas depan polsek Cimerak, belok kanan menuju arah Tasikmalaya kalau dari arah Pangandaran. Selang 500 meter ada penunjuk menuju pantai Madasari. Sayang, papan penunjuk ini cuma menghadap jalur yang dari arah pangandaran menuju tasikmalaya. Sebaliknya arah , saya tidak melihatnya.

Masuk menuju pantai tersebut sekitar 7,5 kilometer. Melewati perkampungan dan persawahan warga. Sesekali melewati perkebunan Kelapa milik warga. Bertemu dengan jalan dari arah pantai Legok Jawa di dua pertiga perjalanan menuju pantai. Kondisi jalan lumayan bagus.

Sampailah kami di bibir pantai eksotis sebelum masuk ke pantai Karang Sebrotan. Beberapa mobil nampak parkir rapi di areanya. Tempat duduk  terdapat dua buah dan dua buah warung makanan ringan nampak bersebrangan dengan tempat duduk dari Bambu tersebut. Selebihnya, Gunungan karang, ombak besar dan pasir pantai berwarna abu-abu yang dominan di tempat itu.


Sekian menit bermain ombak dan pasir pantai. nampaklah sesosok hijau bergerak mendekati kami. Semakin dekat sosok hijau itu ,tak lain tak bukan adalah Si"Melon" nya,pakde Julianto Sasongko asal Purworejo. Dua kali saya bertemu beliau, satu di magelang, lainnuya di gathering Nusantaride di situ Cisanti, Pangalengan, dua bulan yang lalu. Senyum ramah khasnya menyambut kami dan mengajak dengan lembut ke tempat istirahat di karang Sebrotan.


Sampailah di karang Sebrotan. Beberapa rider dari Jogjakarta sudah nampak hadir di lokasi, kang Rustam Rijal dan beberapa lagi yang saya tidak mengenalnya. Seperti kawan lama tak berjumpa, nampak akrab dan hangat. menjelang magrib, kami pasang tenda dan hammock buat tempat istirahat semalam sebelum upacara keesokan harinya.

Tidur di Hammock cuma sampai jam dua belas malam. Angin yang bertiup kencang menjadi penyebabnya. Beberapa kali hembusannya menyipratkan ujung kain ayunan tersebut ke muka saya. tak nyaman dengan suasana itu ,maka, beralihlah masuk tendanya Yudi untuk ikut bermalam disana walau alasnya adalah akar pohon yang menonjol menjejal tenda.

Selamat pagi..............................Tepat jam setengah lima saya bangun dari peraduan. Bergegas menuju air untuk mandi dan shalat shubuh. selesai itu barulah bikin sarapan sambil menanti terbitnya fajar di ufuk timur.





Menjelang jam sembilan pagi dimulailah upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 69.
Suasana penuh khidmat dalam kesederhanaan. Kemerdekaan hasil perjuangan orang-orang terdahulu tersebut sekarang tinggal kita nikmati dan mengisinya. Bravo Indonesia raya........................................


Selesai upacara, satu persatu rekan-rekan kami mulai meninggalkan pantai Karang Sebrotan menuju kediamannya masing-masing.

CAG




Rabu, 20 Agustus 2014

NKRI di Madasari

Bismilah..........................................................................................



Publikasi akan adanya upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia,sebulan yang lalu telah disebar oleh Menembus Batas indonesia di Sosial Media. Sebuah perkumpulan berbagai jenis kendaraan biasa tapi,di supiri oleh orang-orang yang luar biasa. Melalui jalur yang tidak biasa sebagaimana rider- rider lainnya.

Agenda bulan Agustus kosong. Maka di jadikanlah patokan buat chapter Purwaceng (saat ini saya bernaung) untuk mengikuti upacara pengibaran bendera Merah Putih yang akan dilaksanakan di Pantai Madasari, Pangandaran. Pantai satu-satunya di selatan Ciamis yang belum di kunjungi. Maka disusunlah jalur yang akan disusur dan destinasi yang akan disambangi.

==================

Berangkat ba'da shalat Jum'at 15 Agustus 2014 dengan asumsi akan menginap di rumah nenek di Ciamis. Tandemku kali ini masih tetap sang suhu kencang ,mang Yudi Permana. Riding santai melalui jalur alternatif andalanku bilamana menuju Priangan timur,yakni : Wanayasa-Sumedang-malangbong-Tasikmalaya. Jalur sepi, mulus dan keindahan alamnya luar biasa sepanjang perjalanan. Mampir di restoran Tahu Setelah kota Sumedang unutk sekedar mengganjal perut.


Menjelang senja sudah memasuki kota kecil Wado di Sumedang. Melipir sebentar untuk melepas lelah dan minum air putih pengganti cairan tubuh yang di keluarkan melalui keringat sewaktu riding.

-7.04229,108.111534





Tanpa hambatan berarti, menjelang magrib sudah masuk wilayah Malangbong. mampir di stasiun Cipeundeuy untuk nebeng shalat magrib di Mushalanya yang bersih. Kring pemberitahuan wassap berbunyi. Nun di Sumedang sana rekan se chapter kami, mang Dadang ngabari bahwa dia nyusul kami dan sekarang posisinya di kota Tahu. Ada rentang satu jam riding dari Sumedang ke Malangbong.Kuputuskan untuk menunggunya di stasiun saja sambil menunggu waktu Isya sekalian.
Jam 20.30 merapatlah mang Dadang ke tempat istirahat kami. Lanjut riding menuju Ciamis untuk segera istirahat karena besok akan melakukan ekploride di selatan Tasikmalaya terlebih dahulu sebelum merapat ke madasari. Alhamdulilah, setengah sepuluh malam,kami tiba dengan selamat di kota manis Ciamis.
==========
Curug Dengdeng,Cikatomas

Terbangun jam empat dinihari karena kedinginan. Hawa kemarau memang membuat suhu malam di Ciamis menjadi lebih dingin dari biasanya. Kubangunkan mereka berdua untuk bersiap melanjutkan perjalanan kembali.  Jarak ke Madasari memang sekitar 150 km lagi tapi, kondisi jalan yang akan di lewati memang belum saya mengetahuinya.
Selepas Shubuh mulailah perjalanannya. Melewati jembatan legendaris Cirahong menuju Manonjaya dan Salopa.

-7.339824,108.317614





Jembatan unik dengan dua moda tranportasi yang bisa lewat. Kereta di atas dan motor atau mobil di bawah.
Dulu jaman saya masih Sd, tempat ini memang favorit di kala senggang.
Pasar Manonjaya masih sepi saat itu. hanya ada beberapa pedagang makanan sarapan yang berjualan didepan alun-alun. Dulu kota ini memang pusat pemerintahan di jaman pemerintahan kolonial Belanda. Perlahan-perlahan keramaian bergeser ke Dadaha yang saat ini jadi kota Tasikmalaya. Sukapura, itulah nama kota sebelum Manonjaya saat sekarang.
-7.352252,108.305769
Jalan Manonjaya-Gunung Tanjung-Salopa sepanjang 40 km memang menggoda untuk cornering. Kelak kelok sepanjang perjalanan dengan aspal mulus. Perkebunan karet, Salak dan Pemukiman penduduk selang seling selama jalur tersebut. Hal ini yang membuat dua teman saya tarik gas mendahului untuk menikmati setiap kelokan yang ada.
Dua jam riding,rasa lapar melanda. Menepilah di Cikatomas depan mesjid agungnya. Pesen semangkuk bubur untuk meredam cacing yang mulai protes. Bubur kampung rasa kota begitu pertama kalinya mencicipinya. Tidak kalah sama yang ada di pasar jum'at Purwakarta. Penjualnya Bapak muda sekitaran tigapuluhlima tahunan.
Diantara perbincangan sama tukang bubur itulah,terselip sebuah destinasi wisata di daerahnya. Curug Dengdeng namanya. Sebenarnya saya sudah menyambanginya setahun yang lalu tapi, belum kesemuanya ke jelajahi karena keterbatasan waktu saat itu. Maka, saat ini adalah waktu yang tepat. Pak Cecep begitu dia disebut,dengan fasih menerangkan jalur-jalurnya yang bisa di lalui oleh motor.
Deskripsi=======
Curug dengdeng : Curug ini berada tiga belas kilometer dari Cikatomas. Belokan tepat setelah pom bensin Cikatomas, menuju arah Tawang, Pancatengah. Berjalan tiga kilometer dengan kondisi jalan hotmik mulus. tiga kilometer setelahnya jalan jelek parah cuma menyisakan batu-batu yang di padatkan. Empat kilometer menuju belokan ke curug,jalan kembali mulus lagi.
Tepat depan Smpn 3 Pancatengah, belok kiri menuju perkampungan dengan kondisi jalan di tembok sepanjang satu kilometer. Lurus saja sampai ketemu pabrik aci atau Tapioka. Disana belok kiri menyusuri perkampungan sampai menemui jembatan yang kedua.Tepat sebelum turunan menuju jembatan kedua itulah kekiri menuju destinasi utama curug Dengdeng. jalannya berupa tanah sepanjang 200 meter ke parkiran sempit diujung jalan.






Terpampang keindahan luar biasa Indonesia. Curug indah bertingkat tiga. aliran air sungai Cikembang melewati tebing batu berundak yang menghasilkan penomena alam yang sangat indah. Seratus meter jarak dari parkir motor ke Curug ini. Melewati pematang sawah dan menyusuri aliran sungai di Hilirnya untuk sampai ke Curug tingkat tiganya.





Disana lagi musim panen. beberapa bapak Petani sedang bergembira ria menuai Padi di sawahnya. Para Ibu-ibu sibuk menggebuk rangkuman batang padi ke tatakan kayu yang di tata menurun. Para anak-anaknya bantuin orang tuanya membuang batang padi yang yang sudah tidak ada bulir padinya alias merang.




#sambungannya baca disini


Sabtu, 02 Agustus 2014

#Mudik ke Galuh Pakuan plus Karang Tawulan


Perjalanan tinggal lima puluh kilometer lagi. Tapi, jalan semakin rusak saja. Beberapa kali menemui jalan berlubang di belokan tajam yang mau ga mau harus banting setir. Alhasil anak bungsu kami ,Raffi sukses mabuk darat. Istirahat sejenak buat membersihkan sisa muntah di kabin gerobak dan menenangkan Rafi yang mulai rewel. Bersih-bersih di pemandian milik warga setempat.
Masuk kecamatan Cikalong,trek mulai lurus dan datar. Sudah masuk area dataran rendah dekat pantai. Jalan hotmik dan cor beton mulus mendominasi jalur selatan Jawa Barat ini. Ada beberapa bagian yang masih dalam pengerjaan cor beton dan ada sekitar tiga kilometer menjelang Karang Tawulan yang masih belum kena sentuhan perbaikan jalan.





Suasana sepi masih menyelimuti obyek wisata gunung karang ini. Saat itu jarum jam menunjukan pukul setengah sembilan pagi. Beberapa motor pewisata dan rombongan mobil pik ap berisi orang yang akan piknik melewati saja obyek wisata ini. Mungkin mereka ngejar keramaian di Pangandaran daripada suasana indah,sepi dan syahdu di tempat ini.  Walahu alam.
Semenjak macet-macetan dulu di Batu Karas saat piknik habis lebaran dua tahun yang lalu itu cukup merubah mindset penulis dengan keramaian. Sekarang mencari tempat yang sepi tapi menyajikan panorama alam yang indah adalah keharusan.




Baru ada tiga mobil pengunjung di parkiran, ditambah keluarga gerobak keluarga kami jadi tiga, total pengunjung pantai ini. Sungguh, suatu yang tidak seharusnya untuk ukuran pantai seindah ini di kala musim lebaran ini.




Di Karang Tawulan ada lima spot penjuru mata angin, dua yang menjorok ke laut menedekati Pulau manuk.Satu untuk wisata kemping dekat bangunan sarang Waletnya yang berukuran setengah luas lapangan bola. Satu lagi diatas karang besar dekat guha Lalay tempat memandang matahari terbit di kala pagi. Dan yang terakhir,menuruni tangga menuju pantai landai berpasir hitam buat untuk main air tapi sedikit berbahaya kalau berenang.

Ada satu tempat yang menjorok kelaut mendekati pulau Manuk jadi tempat bermain kami. Gazebo tak beratap berjarak lima meter ke bibir jurang. Kami buka perbekalan dan memasak mie rebus untuk sarapan pagi pleus segelas Susu Telur madu Jahe.
Sayang,Vandalisme ada dimana-mana. Coretan tanda kekuasaan bertebaran sepanjang tembok pembatas. Entah apa yang dipikiran yang mencurat coret tembok tidak jelas seperti itu. Belum lagi sampah-sampah yang menumpuk dipinggiran tebing. Ini adalah Pr besar buat pemimpin baru kita nanti yakni menertibkan atau menyadarkan masyarakat akan buang sampah ketempatnya. Semua disiplin dari hal kecil dulu,baru, menuju yang besar.

Secara administrasi,pantai Karang Tawulan ini masuk wilayah desa Cimanuk,kecamatan Kalapa Genep,kabupaten Tasikmalaya.Jarak dari Purwakarta-karang Tawulan via Tasikmalaya tercetat di odometer adalah 304 km, berarti 400 km kalau dari Jakarta.Fasilitas yang ada adalah Mck kategori sedang, warung warung penjaja makanan ringan di sepanjang parkiran. Tiket masuknya 3500 perorang dan parkir 2000 rupiah.

Hari sudah siang, panas menyengat ke kepala dan badan. Saatnya pulang.............................................


CAG