Sabtu, 02 Agustus 2014

Mudik ke Galuh Pakuan plus Karang Tawulan

Bismilah.........................................................................................................................................

Perjalanan mudik yang menyenangkan. Coba bayangkan!, di saat yang lain macet2an sepanjang perjalanannya, saya malah menemui jalan non macet sampai kota Ciamis. Menuju Ciamis, hemm , semua pikiran orang yang pernah kesana, pasti akan melewati jalur Nagreg dan Gentong yang suka macet parah, ditambah di pasar Limbangan dan Lewo yang jalannya sempit dan banyak orang serta ojek lalu lalang.

Kami sekeluarga melakukan ritual mudik H pleus Tiga, setelah dua hari menjaga gudang komplek perkerupukan di Sadang,Purwakarta. Tadinya mau pake roda dua karena, dua anak tertua kami sudah mudik duluan sama neneknya. Berhubung ponakan akan ikut, dirubahlah  rencananya, roda empat adalah opsi yang kerenn.

==============================================
30 Juli 2014
Senja sore mulai menampakan diri, suara binatang penutup siang sudah bunyi bersahutan mengiringi persiapan kami yang akan mudik ke Priangan Timur. Semua oleh-oleh buat saudara ,Handai Taulan di kampung sudah di pak rapi di jok paling belakang. Cek mesin Gerobak asal Jepang langsiran tahun 97 sudah siap meluncur mengantarkan keluarga kami ke kampung halaman.

Bergerak perlahan keluar gang masuk ke jalur nasional Cikampek-bandung. Di sekitaran kota Purwakarta belok kiri menuju jalur alternatif Wanayasa-Jalan Cagak-Sumedang. Sudah tiga belas tahun terakhir kami menggunakan jalur ini sebagai jalan mudik ke Ciamis. Jalannya sepi,banyak kelokan dan yang pasti adalah suasana adem tidak panas serta pemandangannya yang indah.

Suasana H pleus tiga ini di jalanan sudah bercampur ragam tujuan orang yang mengguanakan kendaraan.
Mulai dari yang Mudik,berPariwisata dan berkunjung ke sanak sodara. Di jalan ini kecepatan maksimal roda empat sekitaran 50 km/jam. Sedikit tersendat sebentar sebelum memasuki kawasan situ Wanayasa karena pertemuan arus yang pulang dari Ciater dan Tangkuban Perahu.

Memasuki kecamatan Sagalaherang,terutama pasarnya ada sedikit kemacetan karena jalan yang rusak. Selebihnya lancar sampai masuk pasar Jalan cagak. Dan ! setelah jalan cagak menuju Sumedang,barulah bisa injak gas lebih dalam.Suasana sepi, temaram di sore hari,hamparan kebun Teh dan jalan mulus menambah indah perjalanan ini.

Sebelum Isya sudah masuk kota Sumedang.Rest sejenak menikmati kuliner setempat dengan menu Soto Ayamnya yang enak. Lanjut lagi menuju Situraja dan Wado. Memasuki Malangbong lalu lintas ramai lancar.Sungguh beruntung kami ini.Biasanya Malangbong ini adalah langganan macet parah di kedua arah. Tapi, saat itu adalh waktu yang pas lewat. Suasana lalu lintas berkatagori ramai lancar ga ada yang namanya padat merayap atau mecet total dari kedua arah. Alhamdulilah sampai ke rumah di Ciamis sekitar jam sebelasan malam.Lansung saja lanjut tidur...........Zzzzzzzzzzzz

=======================

31 Juli 2014

Tidur nikmat di penghujung bulan Juli, Jam tiga malam sudah terbangun oleh suara ayam berkokok. Langsung aja ke air untuk mandi karena akan lanjut ke pantai selatan Tasikmalaya. Kubangunkan istri dan Ponakan untuk persiapan segala sesuatunya. Belum sempet sungkem juga sama kakek nenek saat itu. Berdosanya kami. mereka melepas kami dengan cemas.Alhamdulilah di perjalanan lancar.

Melewati jalur alternatif Manonjaya-Salopa-Cikalong. Karena tidak mau macet2an di jalan Ciamis-Banjar menuju Pangandaran yang Ramai oleh pengunjung.Jembatan kereta api Cirahong adalah destinasi pertama yang dilewati.

Setelah satu setengah jam perjalanan, Raffi,anak bungsu kami merengek minta jajan. Melipirlah di mesjid Agung Cikatomas, selatan Tasikmalaya. Makan bubur ayam adalah sarapan yang pas saat itu. Hawa dingin dan bosannya selama seminggu ketemu daging terus, menambah selera makan akan Bubur plus Daun bawang sungguh suatu kenikmatan. Memesanlah kami empat porsi maka, kepada sang pedagang, pa Cecep namanya. Sudah 2 tahun lebih, beliau dagang bubur di depan mesjid Agung Cikatomas.



Ponakan(sebut saja namanya Bunga) yang sudah dua hari dilanda penyakit sariawan pun sampai melahap habis bubur yang enak sederhana tersebut. Mungkin Bubur Pak Cecep ini akan menjadi wajib mampir saya bila pagi hari melewati jalur selatan Tasikmalaya ini.

#Lanjutannya baca disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar