Minggu, 11 Mei 2014

Ruas Gulampok-Parakanlima (Yang belum kena sentuhan jalan leucirnya Bupati Purwakarta)

Bismilah...............................................

Mendengar kata "Gulampok" itu,langsung saja ingat beberapa tahun kebelakang, disaat masih nganterin barang (pake mobil) ke Plered, Purwakarta.Pulangnya suka bawa penjual celengan yang akan di jajakan keliling ke kota Purwakarta atau Cikampek.Di obrolan mereka suka menyebut nyebut daerah Gulampok, Randia atau Gurudug.
Nah........baru kemarin itulah, penulis punya waktu luang bisa menyambangi daerah tersebut.Ternyata tidak jauh jauh amat dari kota Purwakarta, sekali ukur ada sekitar 8-9 kilometeran. Jalur masuknya bisa di pasar Pasawahan atau desa parakanlima, kecamatan Jatiluhur.
Penulis kurang begitu men detail kemarin waktu kesana, apakah itu sebuah nama desa, atau hanya nama kampung saja. Yang pasti terkenalnya ya..."Gulampok" itu.
Setelah pasar Pasawahan, melewati Sungai Ciherang
 Setelah melewati jembatan Ciherang, ambil kanan menuju arah Gulampok. Kondisi jalan yang sepi dan mulus membuat nyaman berkendara.
Sungai Cikao


Kurang lebih satu kilometer dari jembatan Ciherang ketemu lagi Titian yang melintasi sungai Cikao.
Bertemu seorang pemuda di jembatan yang sedang melintas. Ku hampiri untuk bertanya arah dan lanjutan jalan ini. Dapat keterangan bahwa, kalau kekiri akan masuk Parakan lima, sedang ke kanan masuk wilayah Bendul, Sukatani.
Persimpangan

Kuambil arah kiri menuju parakan Lima. Memasuki gang sempit di sela sela pemukiman penduduk Gulampok. Semakin kedepan semakin mengecil saja, Tak jarang ada yang menggunakannya jalan tersebut buat menjemur Gabah.
Selang sekitar delapan ratus meter, jalan cor beton berubah menjadi gang kecil semasuk motor dengan kontur berbatu.


Bertemu sebagian penduduk yang sedang nguras empang rame rame.Anak anak kecil kelihatan sibuk dengan layangannya yang nanti sore hari buat diadu.
Selepas pemukiman , masuk ke jalur pematang sawah. Bertemu jembatan sungai yang dinding pinggirannya sudah tidak ada.
Pematang Sawah
Jembatan tanpa sisi pengaman

Panjang jembatan yang kurang lebih delapan puluh meter ini, melintasi sungai Cibingbin yang nanti akan bermuara di sungai Cikao.Kontruksi yang sudah uzur serta beberapa bagian seperti dua pondasi tengah yang mulai tergerus aliran sungai. Di beberapa bagian ada kayunya yang sudah mulai lapuk, serta sebagian lagi sudah bolong ,hilang entah kemana. Tentu hal ini sangat membahayakan yang melintas, apalagi di malam hari.
hialng sebagian
Setelah melintasi sungai Cibingbin , masuk wilayah kampung Garduh, desa Parakan Lima, jalan membesar sedikit, sekira masuk truk beroda empat alias engkel.
Jalan masih tetap makadam, batu yang di padatkan. Beberapa ruas bercampur tanah merah yang licin.
Cukup sulit menahan laju motor di trek seperti ini, apalagi di jalanan yang menurun.
Teduh
Kembali bersinggungan dengan sungai Cikao. Nampak di sebelah kanan jalan membentang sungai melintas ke kota Purwakarta.

Tiga perempat perjalanan di jalan jelek, ketemu penduduk setempat yang sedang kerja bakti perbaikan jalan.
Kata mereka bahwa, akan ada pengecoran jalan sejauh empat ratus meter.
Hmmm.....ga cukup sampai kampung Garduh nih.........
Rupanya ruas ini yang belum kena sentuhan perbaikan jalan atau istilahnya Jalan leucirnya bupati Purwakarta,
Jalan ini berjarak kurang lebih dua kilometer , dan baru empat ratus saja yang mau di Cor beton, berarti masyarakat masih harus bersabar dengan sisa yang 1,6 kilometer lagi.





So mudah mudahan pemerintah kabupaten Purwakarta bisa meresponnya dengan cepat............

Setelah beroprod ria, masuk kembali ke jalan yang benar eh mulus lagi.............
masuk desa Parakan Lima kembali leucir sampai ketemu di jalan nasional  Jakarta-Bandung.


CAG



1 komentar:

  1. Semoga Bapak Bupati Purwakarta dapat lebih memperhatikan lagi jalan itu dan secepatnya bisa membangun dgn lebih baik lagi. syukur2 sampai ke kampung Bunisari. terima kasih bapak bupati...

    BalasHapus