Kamis, 05 Juni 2014

###Cisanti; Siduru Sisi Situ


-7.20809,107.65707

Situ Cisanti merupakan kilometer pertama bagi Sungai Citarum. Mengalir meliuk liuk membelah tanah Parahyangan bagian tengah menuju utara, dan berakhir di laut Jawa. Di sepanjang alirannya Citarum di bendung menjadi tiga DAM, Saguling, Cirata, dan Jatiluhur.  Dua bendungan pertama di khususkan untuk pembangkit listrik yang menerangi sebagian tanah Jawa dan Bali, sedang Jatiluhur, di peruntukan buat pengairan lumbung padi di sepanjang jalur pantai utara, , Subang ,Karawang dan bekasi. Secara administrasi, Situ Cisanti berada di desa Taruma jaya, kecamatan Kertasari, kabupaten Bandung.

===

Gelar tenda di bawah jajaran pohon Pinus. Nampak mang Dadang sudah tiba lebih dulu. Dia menggelar sarung Gantung alias Hammocknya di antara dua pohon penghasil Terpentine ini.Satu persatu saya mulai mengenali teman-teman Nusantaride disini, Bang Joe, Uda Dendi Julius dan Kang Widyawardana Adiprawita. Sebagian yang lain cuma sayy hello saja...hehe....maklum nubi saya.

Sudah dua hari ini tidak mandi, efek Tank Bag ketinggalan. Semua peralaatan mandi serta baju salin ada di dalamnya. Untung Cev Irwan dari Bandung Barat berkenan mengantarkannya, sekaligus dia juga ikutan  Event ini. Pedelah sudah saya mengikuti acara ramah tamah malam harinya. Sebelumnya mandi air dingin di Wc Mushola pojok Situ.

Siang berganti malam. Selepas Isya acara mulai di gelar. Mang Dedi tampil pertama sebagai ketua Panitia.
Seterusnya Bang Ibra dengan kiat keselamatan Lalu lintasnya. Yuki dari Purwakarta,menyajikan riding lintas negara yang di jalani 2013 lalu. Hendra Yoska menerangkan sejarah asal mula Cisanti. Terakhir Kang Dendi Julius membimbing cara foto-foto yang baik dan berkualitas. Sayang saya cuma punya hape berresolusi lima empe, tak cukup pede untuk ikut sesi foto Situ di malam hari...hehe.....


Courtesy By Widyawardana Adiprawita

Kembali ke tenda jam sembilan malam. Efek ngantuk makan rendang Telur karya Istri sang ketua panitia.
Pakde Julianto Sasongko ikut satu tenda dengan saya. Jelas, saya tak menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Mulai bertanya-tanya tentang pengalaman riding yang jam terbangnya sudah tinggi, serta kiat kiat pisiknya yang selalu fit di kala Riding jarak jauh. "Nikmati saja perjalanannya", jawabnya pendek.Ngobrol ngalor ngidul sampai mata tidak kuat melek lagi, akhirnya.....ZZzzzzzz

Courtesy by Widyawardana Adiprawita
Hampir per dua jam saya terbangun. Hawa dingin ini menyebabkan efek sering buang air kecil. Sudah berapa kali tuh, pohon Pinus di guyur pupuk oleh ampas  Mie rebus dan Susu Jahe. Nampak mang Dadang anteng-anteng saja tidur di Kepompongnya. Sudah terbiasa dia, menghadapi suasana seperti ini.
Courtesy  By Mang Dadang

Adzan shubuh terdengar di Kampung sebelah utara lokasi tenda. Satu persatu bangun dari tidur lelapnya.
Ada sebagian yang sedang mengelilingi api unggun.  Kudekati, untuk ikut menghangatkan badan yang menggigil ini. Ada Tahu Tempe sisa semalam, kumakan saja buat mengganjal perut yang keroncongan. Ketika Matahari sudah sepenuhnya menyinari Dunia, beres beres tenda untuk segera pulang.

Courtesy by Widyawardana Adiprawita
Semua barang bawaan sudah terikat kuat di motor. Mesin tunggangan sudah di panaskan, lanjut pamitan sama Panitia dan peserta yang tersisa. Berat rasa untuk berpisah, sama keluarga baru yang bertambah di saat itu. Tapi, kehidupan harus berlanjut. Masing-masing punya peran di Dunia ini. Lain waktu berkumpul kembali.







Menyusuri perkebunan di Kertasari. Melewati suasana pasar di Cibeureum dan Maruyung. Pakde Julianto yang barengan pulang,pamit untuk duluan. jarak yang jauh membuat Beliau sedikit menekan gas lebih dalam.
Di Baleendah kami berpisah. Rekan seperjalanan lanjut pulang ke Purwakarta via Padalarang. Sedang saya, mampir ke Dipati Ukur, menghadiri pernikahan teman sekomunitas.Pulangnya via Punclut,Lembang tembus Wanayasa. Alhamdulilah jam tiga sore sampai di rumah.

CAG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar