Sabtu, 28 Juni 2014

Curug Ponggang, Eksotika di perbatasan Purwakarta-Subang

Bismilah..........................................................................................................






Mendengar selintas tentang curug ini, sewaktu kopdar colongan di sebuah komunitas motor pecinta keindahan alam Indonesia ,Chapter Purwakarta. Mang Iwan dan mang yudi lah yang pertama bilang adanya curug eksotis di perbatasan kabupaten ini. Bahkan, mereka berdua telah menelusurinya pada hari selasa,17 Juni 2014 lalu. Sayang, keduanya gagal menemukannya.Tersesat di jalan alasannya, padahal tinggal 300 meter lagi menuju lokasi.
Nah! Minggu kemarin tanggal 22 Juni 2014 lalu, Saya ,Mang Dadang, Mang Yudi, sepakat untuk melanjutkan misi pencarian keberadaan curug tersebut.


=====

Mulai riding dari Wanayasa,Purwakarta, kediaman Mang Iwan, menuju lokasi. Belok di Legokhuni sebelum memasuki kota Wanayasa kalau dari arah Purwakarta. Masuk menuju kecamatan Kiara Pedes via Sate Maranggi Pareang. Selepas warung makan tersebut, kurang lebih 500 meteran, belok kanan menuju Kantor kecamatan Kiara pedes. Di pertigaan kecamatan, lurus saja ambil jalur yang menuju desa Ciracas.

Kondisi jalan dari mulai Legokhuni sampai Ciracas, sudah relatif mulus. Aspal Hotmik.jargonnya bupati Purwakarta dengan jalan Leucirnya, sudah tembus sampai desa terpencil sekalipun. Baru, sesudah melewati perbatasan Purwakarta-Subang, jalan mulai jelek begitu memasuki jalan kabupaten penghasil Nanas tersebut.




Kanan kiri persawahan penduduk. Bukit-bukit menjulang di ujung Petakan tanaman penghasil Beras tersebut. Rumah-rumah penduduk berpencar berblok blok di pisahkan kebun atau sawah. Aliran sungai jernih dengan lebar 12 meter, membelah desa. Nampak di sepanjang aliran sungai tersebut di mampaatkan buat beternak Ikan dengan sistim air deras.





Memasuki desa Ponggang,jalan menurun mulai mendominasi. Lanskap Kalijati dan Dawuan, Subang,nampak jelas terlihat. Momotoran di jalan jelek, tidak begitu terasa jikalau kanan kirinya pemandangan alam nan indah.Hutan ,gunung, Sawah, dan kereamah tamahan penduduk desa adalah simpanan kekayaan.

Tak terasa, sudah di ujung jalan kami motoran. Mentok di depan sebuah Mesjid kecil, kampung Ponggang.
Nampak beberapa penduduk sedang bikin pondasi di depan ruang Imam sholat berjamaah. Gema bulan Ramadan yang masih seminggu lagi, begitu terasa di kampung ini. Rumah-rumah sekarang dibersihkan dan di cat kapur.



Kami bertanya pada seorang Tua kampung yang sedang mengomandoi pembuatan pondasi Mesjid tersebut.
karena di tempat ini, batas pengetahuan mang Yudi akan keberadaan curug tersebut. Beliau menunjuk sebuah jalan kecil di sebeleh Mesjid yang menuju sungai. Alhamdulilah, kami berterima kasih pada bapak tersebut, sekaligus menitipkan motor padanya.




Menyusuri sengkedan tanah menuju Sawah. Terlihat sebuah mata air dengan empat pancurannya. Penduduk desa setempat membangunnya, sehingga bisa dipake mandi dan cuci. Apa yang kami injak adalah jalan tembok selebar satu meter. Namun sudah tertutup belukar, sehingga tak jelas kelihatan. Kami berjalan menelusuri jalan tembok tersebut.mulai selepas pinggiran Mesjid, menyusuri Sisian Sawah, sampai masuk sengkedan tebing antara sawah dan sungai di bawah.





Tak terasa sudah berjalan sejauh 600 meter sesuai keterangan penduduk tadi. Suara gemuruh air menimpa batu terdengar jelas. Sampaialh disisian sungai Cilamaya dimana Curug terjun itu berada. Nampak jelas air terjun dengan debit airnya yang besar. Kami turun ke bawah, merasakan sensasinya dan keindahannya.


Secara Administrasi, curug ini berada di dua perbatasan dua desa, yakni Sukajaya,kecamatan Kiara Pedes, kabupaten Purwakarta dan desa Ponggang,kecamatan Serangpanjang, kabupaten Subang. Aliran sungai Cilamaya ini memang batas alami dua kabupaten tersebut. sedang koordinat mendekati ada di    -6.373284,108.353098

Curug ini pernah begitu berjaya di medio 2002 sampai 2005. Selama tiga tahun tersebut, tempat ini bisa di jadikan andalan penghidupan penduduk Ponggang. Jalanan tembok sepanjang 600 meter dari tempat parkir sampai lokasi adalah buktinya. Sayang, hari ini yang terlihat adalah semak belukar dan jalan tembok yang licin berlumut. Entah karena apa , curug ini sekarang ditinggalkan begitu saja.

Dua jam kami bermain air dan menikmati keindahan yang tersebunyi ini. Biarlah terus tersembunyi saja, begitu pikirku. Dan, sekarang saatnya Pulang.

CAG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar